Selasa, 26 Januari 2016

Tarekat Dalam Diskursus Sosial Politik.



Peran tarekat dalam pembangunan sebenarnya merupakan kajian yang strategis  akan tetapi kurang cukup rujukan intelektual yang memadahi. Di Indonesia walaupun terdapat pengakuan bahwa terkat memainkan peran cukup signifikan dalam proses penyebaran Islam akan tetapi kajian tarekat dalam hubungannya dengan dinamika sosial politik Indonesia kurang mendapat perhatian.
Tarekat merupakan salah satu pilar kontinuitas peradaban Islam, demikian juga perkembangan Islam di Nusantara banyak dimainkan oleh tarekat ini. Tarekat mulai berkembang dan mempunyai pengaruh besar pada abad ke-6 dan ke-7 H di Indonesia. Keberhasilan pengembangan Islam di Indonesia melalui tarekat dan tasawuf. Sejak masuknya Islam, bangsa Indonesia mengenal ahl fiqh (fuqoha) ahli teologi dan sebagainya. Namun yang sangat terkanal dalam sejarah adalah syaikh tarekat seperti Hamzah Fansuri, Syamsudin Sumatrani, Nuruddin Al-Raniri dan Abd. Al-Rauf Singkel. Sikap hidup para Syaikh Tarekat yang berpihak kepada kepentingan rakyat sehingga nama dan ajarannya sangat berpengaruh besar dalam pembentukan pemikiran Islam rakyat maupun elit penguasa Nusantara.
Dari abad ke-17 hingga abad ke-19 gerakan tarekat di Indonesia menampakkan partisipasinnya membela kepentingan rakyat. Semula dengan pondok pesantren para guru tarekat bertindak sebagai edukator. Tetapi dengan adanya perubahan tatanan politik yang menandas rakyat, pondok pesantren bukan hanya dijadikan arena pembinaan spritual melainkan juga sebagai pusat aktivitas menanamkan kesadaran cinta tanah air, bangsa dan agama. Uraian di atas merupakan fakta sejarah bagaimana tarekat berfungsi sebagai pilar kontinuitas peradaban Islam sesuai dengan dinamika sosial politik dan budaya yang dipahami oleh masyarakat, dari sini persoalannya kemudian adalah bagaimana peran yang bisa dimainkan oleh tarekat dalam situasi kontemporer yang sering disebut sebagai abad modern dimana pembangunan dianggap sebagai keniscayaan sejarah yang harus dilakukan.
Tarekat tidak hanya mempunyai fungsi keagamaan. Setiap tarekat merupakan semacam keluarga besar, dan semua anggota-anggotanya menganggap diri mereka bersaudara satu sama lain. Fungsi keagamaan dan fungsi sosial semacam itu menjadikan dalam tarekat terkandung kekuatan politik. Syaikh tarekat yang harismatik karena banyak pengikutnya serta besar pula pengaruhnya, maka para syeikh tarekat memainkan peranan penting dalam dinamika sosial politik. Tidak jarang pemerintah melihat para syeikh ini sebagai ancaman atau sebagai sekutu yang bermanfaat, sehingga mustahil mengabaikan mereka.
Singkatnya tarekat sebenarnya tidak hanya memiliki potensi keagamaan tetapi juga memiliki potensi sosial, ekkonomis maupun kultural. Wajar saja apabila secara politik tarekat sebenarnya mempunyai posisi yang strategis itu bermakna secara kontekstual dalam kehidupan kita sekarang ini. Tarekat bisa mengembangkan dua fungsi yang dimilikinnya yaitu fungsi keagamaan dan fungsi sosial yang termasuknya di dalamnya fungsi ekonomi maupun politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar