FENOMENA TAREKAT SYATTARIYAH DI KUANYAR,
MAYONG, JEPARA
(STUDI PENDEKATAN FENOMENOLOGI)
Perkembangan Islam di Jawa tidak bisa
dilepaskan dari peran tarikat di dalamnya. Corak Islam yang berkembang di
Nusantara adalah Islam yang sudah diadaptasi dari India Selatan dan terus
berkembang ke wilayah Timur, semenanjung Malaya dan Nusantara. Corak Islam
tarekat tersebut yang mula pertama datang ke Indonesia sehingga ketika melakukan
kontak dengan budaya lokal tidaklah terjadi gesekan yang berarti, karena watak
akomodatif dari Islam tarekat tersebut. Corak Islam tarekat sangat berbeda dengan
Islam di Arab dan Mesir yang lebih puritan, akan tetapi telah memperoleh
sentuhan di Persi dan India yang bercorak Islam akomodatif. Itulah sebabnya Islam
Jawa dalam banyak hal relevan dengan kebudayaan Jawa yang juga mengedepankan
wajah akomodatif.
Manusia Jawa memiliki regiulitas yang
bercorak esoterik. Mereka sangat menghargai dimensi olah batin. Agama-agama
yang mengedepankan formalitas tidak dapat menyentuh dimensi batinya. Karena
itu, mereka mencari corak agama dengan penafsirannya sendiri yang lebih
mengedepankan dimensi batin, salah satunya melalui tarekat. Tarekat adalah
ajaran yang hidup di dalam historitas kemanusiaan. Maksudnya, sebagai pengikut
tarekat pastilah tidak akan terlepas dengan konteks kebudayaan di mana ia
hidup. Maka akan terjadilah kolaborasi antara tarekat dengan budaya Jawa, yang
bisa saja saling mengambil dan menerima di antara keduanya. Dalam konteks ini,
penganut tarekat akan berkutat di antara dua arus utama pedoman kehidupan (Pattern
for behavior) ajaran tarekat di satu sisi, dengan kebudayaan Jawa di sisi
lainnya. Keduanya membentuk kesatuan unik yang disebut sebagai budaya Tarekat-Jawa
atau kalau meminjam konsepsinya Simuh(1994) disebut sebagai Sufisme-Jawa.
Penelitian ini menjadi menarik ketika
melihat dinamika hubungan antara tarekat dan kebudayaan jawa tersebut tidak
berada di dalam suasana antagonistis tapi simbiosis-mutualisme. Penelitian ini
dilakukan pada masyarakat Desa Kuanyar, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara,
Jawa Tengah. Desan ini sangat kental dengan tradisi-tradisi yang diidentifikasi
sebagai masyarakat dengan kebudayaan pesisir meskipun dalam mata pencahariannya
kebanyakan adalah petani. Pada masyarakat ini terdapat orde tarekat
Syattariyah, yang dari sisi ritualnya berbeda dengan tarekat Syattariyah di
pusat tradisinya Nganjuk dan Magetan di Jawa Timur. Maka tarekat Syattariyah di
lokus penelitian juga dapat ditengarai sebagai tarekat lokal.
Pertanyaan pokok dalam penelitian ini
adalah apakah tindakan relegiusitas di dalam kehidupan penganut tarekat
Syattariyah dalam penggolongan sosial petani ditentukan oleh ajaran tarekat,
kebudayaan Jawa, dan lingkungan sosial di mana mereka hidup? Karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan fenomena relegiusitas petani
tarekat dalam kehidupan mereka sehari-hari, di samping untuk memahami makna
religiusitas petani tarekat dalam bingkai ajaran tarekat, kebudayaan jawa, dan
lingkungan sosial, dengan fokus penelitian pada tindakan-tindakan bermakna dari
para penganut tarekat Syattariyah dalam hubungan dengan masyarakat di
sekitarnya. Secara spesifik penelitian ini ingin memahami memaknai agama dalam
kehidupan individu melalui konseptual in order to motives. Setiap
tindakan manusia pastilah ada tujuan yang secara rasional diinginkannya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah fenomenologi. Menurut Husserl, suatu fenomena hakikatnya adalah
refleksi dari suatu realitas yang kimpleks, yang hanya dapat dicapai melalui
upaya-upaya sunguh-sungguh dengan cara menerobos terhadap dunia pengalaman
subyektif yang penuh makna. Karena itu, fenomenologi tidak terpesona dengan
dunia yang tampak yang berwujud sebagai tindakan nyata, tapi berkeinginan menyingkap
dunia yang tidak tampak yang mendasari tindakan atau yang disebut sebagai
sesuatu yang berada dibalik tindakan. Dunia makna adalah dunia dibalik tindakan
yang fenomenal. Untuk memahami yang nomena atau sesuatu dibaalik
fenomena mengajarka tentang proses reduksi dalam rangka menemukan kesadaran
murni. Ada tiga tahapan reduksi , yaitu 1) Reduksi fenomenologis
(kesadaran tentang adanya fenomena di sekeliling kita yang dirasakan
kehadirannya dan dialami dalam ruang dan waktu), 2) Reduksi eidetic
(penghayatan ideal), 3) Reduksi transcendental (proses menemukan
subyek murni).
Di dalam aplikasinya, fenomenologi sebagai
pendekatan di dalam kajian ilmu-ilmu sosial-kemanusiaan ditekankan pada hal-hal
berikut: 1) Fenomenologi terfokus pada penampakan sesuatu. 2) Fenomenologi
concern terhadap keseluruhan, dengan menguji sebuah entitas dalam berbagai
sudut pandang, anggel, dan perspektif unifikasi visinya didapat. 3) Fenomenologi
mencari makna dari penampakan, sehingga didapatkan esensinya melalui intuisi
dan refleksi atas tindakan berkesadaran dari pengalaman, ide, konsep, putusan,
dan pemahaman. 4) Fenomenologi berkomitmen dengan deskripsi pengalaman, bukan penjelasan
dan analisis. 5) Fenomenologi berakar di dalam pertanyaan yang memberi arah dan
berfokus pada makna. 6) Subyek dan obyek terintegrasi atau tidak ada pemilahan
subyek-obyek. 7) Pada keseluruhan penyelidikan realitas intersubyektif adalah
bagian dari proses. 8) Data tentang pengalaman, pikiran, intuisi, refleksi, dan
putusan dijadikan sebagai kejadian-kejadian primer dari penyelidikan ilmiah. 9)
Pertanyaan penelitian difokuskan, diarahkan dan dirumuskan secara hati-hati.
Dalam praktiknya, penelitian fenomenologi
memiliki beberapa tahapan yang ditempuh, yaitu 1) Discovering, atau
menemukan topik dan masalah. Penelitian ini mengambil topik tentang kehidupan
sehari-hari penganut tarekat di dalam interaksinya dengan dunia sekelilingnya
dilihat dari perspektif fenomenologi. 2) Conducting, atau mengkaji
secara komprehensif terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Pengkajian
terhadap penelitian terdahulu sangat penting dilakukan untuk mengetahui
orisinilitas penelitian yang dilakukan. Melalui penelusuran penelitian
terdahulu akhirnya diketahui bahwa telah ada penelitian tentang tarekat namun
secara keseluruhan berbeda dengan topik penelitian yang dilakukan ini. 3) Construcsing,
menetukan lokasi penelitian. Desa Kuanyar, Mayong, Jepara, Jawa Tengah sebagai
lokasi, sebab terekat Syattariyah memiliki keunikan, yaitu bercorak lokal, baik
dari proses bai'at, geneologi kemursyidannya, dan ajarannya. 4) Developing,
atau mengajukan seperangkat pertanyaan untuk wawancara mendalam dan observasi
terlibat. 5) Conducting dan Recording, atau melakukan wawancara secara
mendalam terhadap subjek dan informasi penelitian serta melakukan observasi
secara terlibat serta mencatat secara teliti dan akurat hasil-hasil wawancara
dan observasi. 6) Organizing dan Analysing, atau mengorganisasi dan
menganalisis data. Data yang sudah terkumpul diorganisasikan berdasarkan konsep
dan kategorisasinya dan kemudian dianalisis dengan interpretatif understanding.
Hasil penelitian dengan pendekatan
fenomenologi di atas melahirkan kesimpulan, bahwa sebagai orang Jawa para
pengikut tarekat Syattariyah mengikuti upacara slametan dalam berbagai
variasinya, mulai upacara lingkaran hidup, upacara hari-hari baik, upacara kalenderikal,
dan upacara tolak bala' dengan tujuan untuk memperoleh keselamatan, harmoni,
dan kerukunan sosial. Keselamatan hanya akan diperoleh jika seseorang individu
telah melakukan aktivitas yang menjamin terjadinya keselametan, yaitu
keselarasan antar sesama manusia, keselarasan dengan alam semesta, dan
keselarasan dengan Allah sebagai pencipta. Karena itu, berbagai upacara komunal
dilakukan. Selain itu, penganut tarekat bukanlah seseorang yang hidup dalam
dunianya sendiri, namun adalah individu yang hidup di dalam dunia sosialnya. Mereka
terlibat di dalam kegiatan sosial relegius di dalam masyarakat, seperti
sambatan, pengajian yang diadakan oleh bukan kelompoknya, mengikuti kegiatan
sosial dan ekonomi yang sangat profan. Tujuan mendasar dari keterlibatan
tersebut adalah agar memperoleh keserasian antara wirid dan amal shaleh. (Book
Review atas buku karya Prof. Dr. M. Nur Syam, Tarekat Petani: Fenomena
Tarekat syattariyah Lokal, cet. 1, Yogyakarta: LKis, 2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar